Konsep Dasar Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kualitas Sekolah

BAB I

PENDAHULUAN

 

  • Latar Belakang

Kepemimpinan atau leadership adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerjasama sesuai dengan rencana demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian kepemimpinan memegang peranan yang sangat penting dalam manajemen, bahkan dapat dinyatakan, kepemimpinan adalah inti dari managemen.

Di dalam kenyataan, tidak semua orang yang menduduki jabatan pemimpin memiliki kemampuan untuk memimpin atau memiliki ‘kepemimpinan’, sebaliknya banyak orang yang memiliki bakat kepemimpinan tetapi tidak pernah mendapat kesempatan untuk menjadi pemimpin dalam arti yang sebenarnya. Sedang pengertian ‘kepala’ menunjukan segi formal dari jabatan pemimpin saja, maksudnya secara yuridis-formal setiap orang dapat saja diangkat mengepalai sesuatu usaha atau bagian (berdasarkan surat keputusan atau surat pengangkatan), walaupun belum tentu orang yang bersangkutan mampu menggerakan mempengaruhi dan membimbing bawahannya serta (memimpin) memiliki kemampuan melaksanakan tugas-tugas untuk mencapai tujuan.

Sekolah sebagai pendidikan formal bertujuan membentuk manusia yang berkepribadian, dalam mengembangkan intelektual peserta didik dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan perannya sangat penting untuk membantu guru dan muridnya. Didalam kepemimpinannya kepala harus dapat memahami, mengatasi dan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi di lingkunagn sekolah.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah telah ditetapkan bahwa ada 5 (lima) dimensi kompetensi yaitu: kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Kelima kompetensi tersebut harus melekat dalam pribadi kepala sekolah, agar ia bisa menjadi pemimpin yang efektif. Dalam kerangka Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), kepala sekolah bertanggungjawab atas pelaksanaan: 1) manajemen sekolah; 2) pembelajaran aktif, interaktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM); dan 3) peningkatan peran serta masyarakat dalam mendukung program sekolah. Karena itu, kepala sekolah selayaknya memiliki kemampuan manajerial yang memadai.

Selain sebagai pemimpin, kepala sekolah juga merupakan manajer, yang dituntut memiliki kemampuan manajerial terkait dengan terwujudnya sekolah efektif. Karena itu, kedudukan kepala sekolah tidak bisa dipegang oleh sembarang orang. Kepala sekolah harus memenuhi kompetensi minimal seperti telah disebutkan sebelumnya. Perilaku kepemimpinan merupakan tindakan-tindakan spesifik seorang dalam mengarahkan dan mengkoordinasikan kerja anggota kelompok  (Mulyadi, 2010: 47).

Sebagai pemimpin yang mempunyai pengaruh, ia berusaha agar nasehat, saran dan jika perlu perintahnya di ikuti oleh guru-guru. Dengan demikian ia dapat mengadakan perubahan-perubahan dalam cara berfikir, sikap, tingkah laku yang dipimpinnya. Dengan kelebihan yang dimilikinya yaitu kelebihan pengetahuan dan pengalaman, ia membantu guru-guru berkembang menjadi guru yang profesional.

Pada sistem organisasi sekolah, kepala sekolah merupakan pemimpin bagi masyarakat sekolah lainnya baik guru, karyawan, dan siswa. Sebagai pemimpin, maka perilaku kepala sekolah akan berpengaruh terhadap perilaku masyarakat sekolah lainnya. Perilaku positif dari kepala sekolah akan memacu guru dan karyawan memberikan perilaku yang positif dalam mencapai tujuan pendidikan. Sebaliknya, perilaku kepala sekolah yang negatif merupakan awal dari gagalnya penyelenggaran pendidikan di sekolah tersebut.

Sehingga manajemen kepemimpinan sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan kualitas baik-buruknya suatu sekolah. Maka dari itu penulis tertarik menelaah dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul “Konsep Dasar Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kualitas Sekolah”.

  • Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai  berikut:

1). Bagaimana konsep dasar kepemimpinan?

2). Bagaimana  Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah ?

3). Bagaimanakah tipe-tipe  manajemen kepemimpinan Kepala sekolah yang ideal?

  • Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini sesuai dengan rumusan masalah yang diangkat adalah sebagai berikut  :

1). Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar kepemimpinan.

2). Untuk mengetahui bagaimana manajemen kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah.

3). Untuk mengetahui bagaimanakah tipe-tipe  manajemen kepemimpinan Kepala sekolah yang ideal.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

 

 

 

2.1 Konsep dasar kepemimpinan

 

Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Menurut Stoner, semakin banyak jumlah sumber kekuasaan yang tersedia bagi pemimpin, akan makin besar potensi kepemimpinan yang efektif (Fattah, 2004: 88). Stoner benar tentang kepemimpinan efektif, namun itu berlaku ketika seorang pemimpin memiliki karakter kuat, tegas, dan berjiwa pembelajar. Sebaliknya, kekuasaan yang besar di tangan pemimpin yang lemah karakter, pengetahuan dan keterampilan, hanya akan membawa lembaga pendidikan pada ujung kebangkrutan dan tumpukan masalah yang tidak terselesaikan dengan baik, bahkan menimbulkan konflik internal.

Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisai karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Pentingnya kepemimpinan seperti yang dikemukakan oleh James M. Black pada Manajemem: a Guide to Executive Command dalam Sadili Samsudin (2006:287) yang dimaksud dengan “Kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan dan menggerakkan orang lain agar mau bekerja sama di bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mempengaruhi orang lain untuk mau bekerja sama agar mau melakukan tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuan bersama.

Kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu “Kepala” dan “Sekolah” kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. Jadi secara umum kepala sekolah dapat diartikan pemimpin sekolah atau suatu lembaga di mana tempat menerima dan memberi pelajaran. Wahjosumidjo (2002:83) mengartikan bahwa: “Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Sementara Rahman dkk (2006:106) mengungkapkan bahwa “Kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan struktural (kepala sekolah) di sekolah”.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah sorang guru yang mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama.

Pendapat Hasibuan Malayu (dalam Mulyadi, 2010: 47) tentang perilaku kepemimpinan dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan meliputi aktivitas sebagai berikut.

  1. Mengambil keputusan
  2. Mengembangkan imajinasi
  3. Mengembangkan kesetiaan pengikutnya
  4. Pemrakarsa, penggiatan, dan pengendalian rencana
  5. Memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
  6. Melaksanakan kontrol dan perbaikan-perbaikan atas kesalahan
  7. Memberikan tanda penghargaan
  8. Mendelegasikan wewenang kepada bawahannya
  9. Pelaksanaan keputusan dengan memberikan dorongan.

Sementara Gary Yulk mengidentifikasi empat belas perilaku kepemimpinan yang dikenal dengan taksonomi manajerial sebagai berikut :

  1. Merencanakan dan mengorganisasi (planning and organizing)
  2. Pemecahan masalah (problem solving)
  3. Menjelaskan peran dan sasaran (clarifying roles and objectifies)
  4. Memberi informasi (informing)
  5. Memantau (monitoring)
  6. Memotivasi dan memberi inpirasi (motivating and inspiring)
  7. Berkonsultasi (consulting)
  8. Mendelegasikan (delegating)
  9. Memberikan dukungan (supporting)
  10. Mengembangkan dan membimbing (developing and mentoring)
  11. Mengelola konflik dan tim (managing and team building)
  12. Membangun jaringan kerja (networking)
  13. Pengakuan (recognizing)
  14. Memberi imbalan (rewarding) (Mulyadi, 2010: 49-50).

2.2 Manajemen kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah

 

Kepemimpinan dalam penerapan manajemen sekolah memerlukan dua keterampilan yaitu keterampilan memimpin dan keterampilan mengelola (kepemimpinan dan manajerial). Perilaku kepemimpinan dalam melaksanakan keterampilan ini memegang peranan yang sangat penting untuk untuk meningkatkan kualitas sekolah. Perilaku kepemimpinan yang positif dan mendukung terhadap penerapan manajemen kepala sekolah akan lebih mencapai keberhasilan. Hasil penelitian Douglas & Hakim (2001), menemukan bahwa sebagian besar pemimpin yang hanya memberikan pelayanan untuk peningkatan kualitas tanpa ada perilaku yang mendukung, mengurangi keberhasilan pelaksanaan hasil manajemen kepala sekolah.

Sommer dan Merritt (1994) dan Rad (2005) juga berpendapat tentang perlunya pemimpin memberikan perhatian terhadap strategi manajemen mutu terpadu karena secara signifikan perilaku hubungan kepemimpinan dengan perilaku karyawan memiliki pengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan manajemen mutu terpadu. Perbedaan perilaku kepemimpinan dan bawahan dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan manajememen mutu terpadu juga akan terlihat lebih nyata pada pelaksanaan manajemen mutu terpadu dan kinerja organisasi dalam sektor jasa seperti sekolah.

Budianto (2011) menjelaskan untuk mencapai keberhasilan manajemen kepala sekolah, perilaku kepemimpinan dalam dunia pendidikan (kepala sekolah) harus mencerminkan: (1) fokus pada pelanggan, (2) fokus pada pencegahan masalah, (3) investasi sumber daya, (4) memiliki strategi mutu, (5) menyikapi komplain sebagai peluang untuk belajar, (6) mendefinisikan mutu pada seluruh area organisasi, (7) memiliki kebijakan dan rencana mutu, (8) manajemen senior memimpin mutu, (9) proses perbaikan mutu melibatkan setiap orang, (10) memiliki fasilitator mutu yang mendorong kemajuan mutu, (11) karyawan dianggap memiliki peluang untuk menciptakan mutu, (12) kreativitas adalah hal yang penting, (13) memiliki aturan dan tanggungjawab yang jelas, (14) memiliki strategi evalusi yang jelas, (15) melihat mutu sebagai sebuah cara untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, (16) rencana jangka panjang, (17) mutu dipandang sebagai bagian dari budaya, (18) meningkatkan mutu berada dalam garis strategi imperatif-nya sendiri, (19) memiliki misi khusus, (20) memperlakukan kolega sebagai pelanggan.

Sementara itu, Tiong (dalam Usman, 2011: 290) menemukan dalam penelitiannya tentang karakteristik perilaku kepala sekolah yang efektif antara lain sebagai berikut.

  1. Kepala sekolah yang adil dan tegas dalam mengambil keputusan
  2. Kepala sekolah yang membagi tugas secara adil kepada guru
  3. Kepala sekolah yang menghargai partisipasi staf
  4. Kepala sekolah yang memahami perasaan guru
  5. Kepala sekolah yang memiliki visi dan berupaya melakukan perubahan
  6. Kepala sekolah yang terampil dan tertib
  7. Kepala sekolah yang berkemampuan dan efisien
  8. Kepala sekolah yang memiliki dedikasi dan rajin
  9. Kepala sekolah yang tulus
  10. Kepala sekolah yang percaya diri

Sedangkan perilaku kepemimpinan yang tidak efektif antara lain mencerminkan semangat yang rendah, berpandangan sempit, diktator dan tidak memiliki rasa keterlibatan dalam organisasi.

Dengan kata lain perilaku kepala sekolah harus menyesuaikan dengan empat prinsip manajemen mutu terpadu. Penjelasan masing-masing prinsip dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah dijelaskan di bawah ini.

  1. Kepuasan pelanggan

Seperti penjelasan sebelumnya, sekolah memiliki pelanggan internal dan eksternal. Terhadap pelanggan internal, siswa guru dan staf usaha perilaku kepala sekolah yang efektif antara lain adil dan tegas dalam mengambil keputusan, memiliki dedikasi dan rajin, memiliki keterampilan dalam pencegahan masalah, memiliki strategi mutu dan memiliki strategi evalusi yang jelas. Sedangkan terhadap pelanggan eksternal perilaku efektif kepala sekolah dapat tercermin melalui transparansi, pemberi informasi, melihat mutu sebagai sebuah cara untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, dan menyikapi komplain sebagai peluang untuk belajar.

  1. Respek terhadap setiap orang

Prinsip ini melihat setiap orang dalam sekolah sebagai aset dan memiliki potensi. Sehingga perilaku kepemimpinan yang efektif dalam mencerminkan prinsip ini adalah fasilitator, menghargai partisipasi staf, memahami perasaan guru, memberikan dukungan, melibatkan guru dan staf dalam pengambilan keputusan, mengembangkan dan membimbing potensi, memotivasi dan memberi inspirasi, mendelegasikan tugas, dan semua masyarakat sekolah dianggap memiliki peluang untuk menciptakan mutu.

  1. Manajemen berdasarkan fakta

Pada prinsip ini, perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang efektif tertib administrasi sehingga selalu mengambil keputusan dengan berdasarkan data organisasi yang jelas, bukan suatu gambaran atau perkiraan. Kepala sekolah juga merencanakan, mengorganisasi dan melakukan prioritas menggunakan data dan kondisi sumber daya dalam organisasi.

  1. Perbaikan terus menerus

Dalam mencapai manajemen mutu, maka perubahan adalah hal yang mutlak dilakukan suatu organisasi seiring dengan perubahan perilaku pelanggan. Maka perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang efektif mencerminkan pemantauan, visioner, transformasional, rencana jangka panjang, membangun jaringan kerja dengan pelanggan eksternal, inovatif, dan kreatif.

2.3 Tipe-tipe kepemimpinan kepala sekolah yang ideal

Pemimpin dalam kepemimpinannya dinyatakan berfungsi untuk menggiatkan atau menggerakkan bawahannya. Fungsi menggerakkan adalah adalah fungsi pembimbingan dan pemberian pimpinan serta menggerakkan kelompok orang-orang itu  agar suka dan mau bekerja (Sudirga, 2006 : 23)

Dalam kepemimpinan disebutkan seorang pemimpin memiliki beberapa tipe-tipe kepemimpinan antara lain :

  1. Tipe Kepemimpinan Kharismatis

Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar. Dalam kepemimpinan ini seorang kepala sekolah harus memiliki kharisma yang baik untuk menggerakkan bawahannya supaya manajemen sekolah berfungsi dengan baik.

  1. Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik

Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut:

(1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka bersikap selalu melindungi,

(3) mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri,

(4) mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif,

(5) mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri,

(6) selalu bersikap maha tahu dan maha benar.

Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat sikap over-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih lebihan.

  1. Tipe Kepemimpinan Militeristik

Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:

(1) lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana,

(2) menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan,

(3) sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan,

(4) menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya,

(5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya,

(6) komunikasi hanya berlangsung searah.

Jadi dalam kepemimpinan militeristik seorang kepala sekolah menggerakkan bawahannya secara perintah komando dan otoriter yang harus dituruti oleh bawahannya.

  1. Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)

Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain:

(1) mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi,

(2) pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal, (3) berambisi untuk merajai situasi,

(4) setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri, (5) bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan,

(6) semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi,

(7) adanya sikap eksklusivisme,

(8) selalu ingin berkuasa secara absolut,

(9) sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku,

(10) pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.

Dalam kepemimpinan otokratis seorang kepala sekolah memimpin bawahannya berdasarkan keputusan sendiri yang harus segera dilaksanakan oleh semua warga sekolah.

  1. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire

Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggungjawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau. Tipe kepemimpinan ini biasanya tidak baik diterapkan dalam lingkungan sekolah

  1. Tipe Kepemimpinan Populistis

Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.

  1. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif

Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.

  1. Tipe Kepemimpinan Demokratis

Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggungjawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.

Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.

  • Tipe kepemimpinan yang ideal kepala sekolah menurut Sastra Hindu dalam memanajemen sekolah

Diatas pundak seorang pemimpin terletak tanggungjawab yang berat. Ditangan pemimpin tergenggam nasib segenap rakyat atau kelompok yang dipimpinnya. Nasehat Rama kepada Wibhisana dalam Kekawin Ramayana (XXIV, 51-61) yang disebut Asta Brata merupakan cerita pemimpin yang ideal. Asta Brata itu sesungguhnya ajaran dari Manawa Dharmasastra VII.3-4 yang digubah dalam bentuk yang indah sehingga menjadi populer di Indonesia. Adapun terjemahan isi dari Astabrata dalam Kekawin Ramayana adalah:

“Dan ia disuruh untuk menghormatinya, karena Ida Bhatara ada pada dirinya, delapan banyaknya berkumpul pada diri sang Prabhu, itulah sebabnya ia amat kuasa tiada bandingnya. Hyang Indra, Yama, Surya, Candra, Bayu, Kuwera, Baruna, Agni, demikian delapan jumlahnya, beliau-beliau itulah sebagai pribadi sang raja, itulah sebabnya disebut Asta Brata”

  1. Indra Brata

Sang Hyang Indra, Ia menjatuhkan hujan menyuburkan bumi, inilah hendaknya engkau contoh lndrabrata, sumbangan-sumbanganmu itulah bagaikan hujan membanjiri rakyat. Air adalah benda yang selalu dibutuhkan oleh makhluk hidup. Air bagian terbesar dari bumi, selalu mengisi tempat yang rendah dan mengikuti wadah dimana ia berada. Permukaan air selalu rata, pemimipin selalu dibutuhkan dalam suatu organisasi, demikian juga dengan dunia pendidikan untuk mengatur dan mengkoordinasikan tugas-tugas pokoknya. Orientasi kepemimpinan dalam sifat air ini adalah rendah hati, dapat memberikan dikala dibutuhkan, dan bersifat adil serta merata.

Jadi seorang kepal sekolah layaknya meniru sifat-sifat hujan yang dating dari bawah, sesudah diatas tidak lupa terjun kebawah melihat dan merasakan apa yang di alami oleh warga sekolah.

  1. Yama Brata

Menghukum segala perbuatan jahat, ia memukul pencuri sampai mati, demikianlah engkau ikut memukul perbuatan jahat, setiap yang merintangi usahakan musnahkan. Jadi seorang kepala sekolah bertindak seperti Hakim dalam sekolah, beliau mampu menindak dan memberi sanksi kepada siapa saja yang melanggar aturan atau tata tertib sekolah.

  1. Surya Brata

Selalu menghisap air, tiada rintangan, pelan-pelan olehnya, demikianlah engkau mengambil penghasilan, tiada cepat-cepat demikian Surya Brata. Matahari sebagai sentral peredaran tata surya dan sebagai pedoman arah pancarannya memberikan kehidupan bagi semua makhluk hidup. Dikala tenggelam maka digantikan oleh bulan yang pada hakekatnya adalah sebuah planet yang memancarkan/memantulkan sinar matahari. Profil pemimpin bertindak sebagai koordinator dan penentu kebijakan sentral di tingkat lokal (Sekolah) artinya mempunyai tanggungjawab yang tinggi dan sebagai pedoman penentu kebijakan laksana matahari. Seorang kepala sekolah selayaknya matahari yang senantiasa menyinari dan menerangi bawahannya, supaya sekolah menjadi terang akan masalah-masalah yang terjadi.

  1. Candra Brata

Candra Brata adalah Bulan bersifat redup dan syahdu, kehadirannya selalu dinantikan terutama saat purnama. Bulan memiliki fase atau fungsi yang mempengaruhi gaya gravitasi bumi yang selalu berubah tergantung pada posisinya, kadang gravitasi tinggi, terkadang rendah. Kehadiran pimpinan dalam dunia pendidikan hendaknya menjadi sesuatu yang dinantikan karena sifat-sifat yang bijaksana membuat para staf/karyawan/siswa menjadi nyaman dan tenang yang digambarkan dengan bulan yang syahdu dan redup. Pada fase tertentu, sifat bulan ini menggambarkan perjalanan karier sesorang. Kepala sekolah  menyenangkan rakyat semuanya, perilaku lemah lembut tampak, senyummu manis bagaikan amerta, setiap orang tua dan pendeta hendaknya engkau hormati.

  1. Bayu Brata

Angin merupakan udara yang bergerak. Pimpinan harus mempunyai sifat yang dinamis, selalu bergerak, selalu megikuti dinamika masyarakat, tanggap terhadap permasalahan yang timbul di dalam masyarakat. Tidak harus bidang kesehatan saja, melainkan masalah yang meliputi aspek pendidikan, ekonomi, sosial, politik dan budaya yang turut mempengaruhi langsung maupun tidak langsung terhadap derajat pendidikan masyarakat. Jadi serorang kepala sekolah mampu menyelami ditengah-tengah warga sekolah dan ikut merasakan apa yang dirasakan oleh semua warga sekolah.

  1. Dana Brata

Seorang kepala sekolah harus bijak mengatur dan menggunakan anggaran sekolah, baik itu uang dari pemerintah maupun uang dari komite. Karena masalah dana menjadi tolak ukur berjalannya sistem dan operasional sekolah dalam berbagai kegiatan disekolah maupun di luar sekolah seperti ; tirta yatra, study banding, kunjungan sekolah dan berbagai kegiatan lainnya.

  1. Baruna Brarata

Samudera bersifat luas dan merupakan muara dari sungai-sungai. Pemimpin harus berwawasan luas dan dapat menyelesaikan setiap permasalahan yang timbul di lingkungan kerjanya maupun di masyarakat luas, karena seorang pemimpin merupakan pemimpin formal maupun informal di masyarakat yang dianggap memiliki pengetahuan dan kemampuan yang luas secara sosial. Hal ini umumnya pemimpin kepala sekolah harus bisa memberikan solusi terhadap segala permasalahan yang dihadapi.

  1. Agni Brata

Api bersifat membakar dan memanaskan. Api mampu menghanguskan apa saja. Implementasinya seorang pemimpin harus dapat menggelorakan dan membakar semangat bawahannya dan masyarakat dalam mendukung garis kebijakan pendidikan. Selalu membakar musuh itu perilaku api, kejammu pada musuh itu usahakan, setiap engkau serang cerai berai dan lenyap, demikianlah yang disebut Agnibrata. Jadi seorang kepala sekolah mampu membakar semangat baik itu siswa atau guru-guru supaya warga sekolah selalu bersemangat dalam melaksanakan proses  belajar mengajar disekolah.

Selain konsep Asta Brata yang banyak diterapkan disekolah, Ada konsep yang di populerkan oleh bapak  Ki Hajar Dewantara tidak hanya dikenal sebagai bapak Pendidikan, namun juga sebagai pemimpin yang tangguh. Dimana ia memotivasi orang-orang untuk terus menerus belajar dan belajar tanpa henti. Kharismanya sebagai pemimpin dalam memajukan pendidikan menjadikan ajarannya terus menjadi motivasi hingga sekarang. (Sudirga, 2006: 25)

  1. Ing Ngarso Sun Tulodo

Ing Ngarso mempunyai arti di depan / di muka, Sun berasal dari kata Ingsun yang artinya saya, Tulodo berarti tauladan. Jadi makna Ing Ngarso Sun Tulodo adalah menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi orang – orang disekitarnya. Sehingga yang harus dipegang teguh oleh seseorang adalah kata suri tauladan. Jadi seorang kepala sekolah mampu menjadi tauladan bagi setiap warga sekolah.

Dalam ajaran Ki Hajar Dewantara yang pertama ini menggambarkan situasi dimana seorang pemimpin bukan hanya sebagai orang yang berjalan di depan, namun juga harus menjadi teladan bagi orang-orang yang mengikutinya. Kata Ing Ngarso tidak dapat berdiri sendiri, jika tidak mendapatkan kalimat penjelas dibelakangnya.

Artinya seorang kepala sekolah yang berada di depan jika belum memberi teladan maka belum pantas menyandang gelar ‘Pemimpin‘. Jika kita melihat kepemimpinan dari orang-orang dalam sejarah, maka dapat kita lihat betapa perbuatan sang pemimpin menjadi inspirasi bagi orang yang dipimpinnya.

  1. Ing Madyo Mangun Karso

Ing Madyo artinya di tengah-tengah, Mangun berarti membangkitan atau menggugah dan Karso diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat. Jadi makna dari kata Ing Madyo Mangun Karso adalah seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat. Karena itu seseorang juga harus mampu memberikan inovasi-inovasi dilingkungannya dengan menciptakan suasana yang lebih kodusif untuk keamanan dan kenyamanan.

Ajaran kedua ini sarat dengan makna kebersamaan, kekompakan, dan kerjasama. Seorang pemimpin tidak hanya melihat kepada orang yang dipimpinnya, melainkan ia juga harus berada di tengah-tengah orang yang dipimpinnya. Maka sangat tidak terpuji bila seorang pemimpin hanya diam dan tak berbuat apa-apa sedangkan orang yang dipimpinnya menderita.

Selain itu pemimpin harus kreatif dalam memimpin, sehingga orang yang dipimpinnya mempunyai wawasan baru dalam bertindak. Ditambah lagi seorang pemimpin harus melindungi segenap orang yang dipimpinnya. Jadi seorang kepala sekolah mampu berada di tengah-tengah warga sekolah dalam memberikan nasihat-nasihat yang dialami oleh warga sekoalah.

  1. Tut Wuri Handayani

Tut Wuri artinya mengikuti dari belakang dan Handayani  berati memberikan dorongan moral atau dorongan semangat. Sehingga artinya Tut Wuri Handayani ialah seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Dorongan moral ini sangat dibutuhkan oleh orang-orang disekitar kita menumbuhkan motivasi dan semangat.

Ajaran kepemimpinan yang ketiga ini merupakan semboyan dari dunia Pendidikan, yang tentunya mempunyai makna yang mendalam. Jika diartikan secara keseluruhan Tut Wuri Handayani bertujuan untuk menciptakan pribadi yang Mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Dan diharapkan akan muncul generasi baru yang akan berani memimpin tanpa menunggu orang lain untuk memimpin.

Adapun dorongan yang diberikan oleh seorang kepala sekolah  tersebut dapat berupa moral dan semangat kepada orang lain. Maka dari itu pendidikan mengambil semboyan ini, agar pendidikan menjadi sebuah perantara membentuk generasi mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Maka dimasa yang akan datang dengan pendidikan yang dimilikinya orang tersebut tidak akan mudah untuk diperalat.

BAB III

PENUTUP

 

 

3.1 Kesimpulan

Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk memengaruhi perilaku orang lain dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan memengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Menurut Stoner, semakin banyak jumlah sumber kekuasaan yang tersedia bagi pemimpin, akan makin besar potensi kepemimpinan yang efektif (Fattah, 2004: 88).

Kepemimpinan dalam penerapan manajemen sekolah memerlukan dua keterampilan yaitu keterampilan memimpin dan keterampilan mengelola (kepemimpinan dan manajerial). Perilaku kepemimpinan dalam melaksanakan keterampilan ini memegang peranan yang sangat penting untuk untuk meningkatkan kualitas sekolah. Perilaku kepemimpinan yang positif dan mendukung terhadap penerapan manajemen kepala sekolah akan lebih mencapai keberhasilan.

Kepemimpinan manajemen kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas sekolah perlu diterapkan tipe-tipe kepemimpinan yang ideal seperti: konsep Asta Brata adalah delapan landasan moral yang patut dijadikan pedoman dalam memimpin suatu organisasi seperti lingkungan sekolah. Selain itu ada tiga semboyan dalam kepemimpinan dunia kependidikan yang di polulerkan oleh bapak Ki Hajar Dewantara yaitu makna Ing Ngarso Sun Tulodo,  Ing Madyo Mangun KarsoTut Wuri Handayani merupakan kriteria bagi pemimpin maupun calon pemimpin. Mulai dari ajaran Ing Ngarso Sun Tulodo yang mengharuskan pemimpin/ kepala sekolah dalam hal ini menjadi teladan, Ing Madyo Mangun Karso seorang pemimpin/kepala sekolah  harus berbaur, dan Tut Wuri Handayani yang seorang kepala sekolah mampu mengajarkan sikap mandiri dan tidak tergantung pada orang lain dan selalu memberikan support atau dukungan bagi kemajuan anak didiknya.

3.2 Saran

Dari uraian diatas, maka besar harapan penulis atas saran yang nantinya dapat dijadikan kritik yang membangun atas ketidak sempurnaan makalah ini. Semoga tulisan yang singkat dan sederhana ini memiliki manfaat bagi pembaca  sebagai renungan dalam menjalani kehidupan di era globalisasi dan teknologi.
DAFTAR PUSTAKA

 

Budianto, Nanang. 2011. Kepemimpinan Pendidikan dalam Total Quality Management, Jurnal Falasifa. Vol. 2 No. 1

Douglas T.J & Judge W.Q. 2001. Total Quality Management Implementation and Competitive Advantage: The Role of Structural Control and Exploration. Academy of Management Journal, 44(1), 158-169

Mulyadi. 2010.  Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budya Mutu. Malang : UIN Maliki Press.

Rahman (at all). 2006. Peran Strategis Kapala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jatinangor: Alqaprint.

Sadili Samsudin.2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: CV Pustaka Setia

Sommer, S.M. & Merritt, D.E. 1994. The Impact of a TQM Intervention on Workplace Attitudes in a Health-care Organization, Journal of Organizational Change Management,7(2), 53 – 62

Sudirga, dkk,2006, Buku Pelajaran Agama Hindu. Denpasar:

Widya Dharma .Denpasar

Wahjosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo PersadaDiposkan oleh samsul bae di 01.13

 

Diterbitkan oleh dexyudha

Seseorang yang kreatif, inovatif, dan berpikir maju untuk meraih suatu tujuan,,,

Tinggalkan komentar

I MADE YUDA ASMARA

http://www.facebook.com/made.yudha.asmara