MEMAKNAI SANG HYANG AJI SARASWATI DIERA MILENIAL

IMG_20190510_094138.JPG (1)

MEMAKNAI SANG HYANG AJI SARASWATI DIERA MILENIAL

Dewasa ini diera milenial yang semakin berkembang dengan sebutan revolusi industri 4.0 yang serba otomatis dan canggih, para generasi muda khususnya umat agama Hindu seharusnya mampu memanfaatkan kecanggihan teknologi yang serba otomatis ini. Misalnya untuk belajar atau sekadar menambah ilmu dengan cara browsing menggunakan media internet baik melalui handpone atau komputer. Berbicara ilmu pengetahuan, didalam agama Hindu tidak pernah lepas dengan Sang Hyang Aji Saraswati. Beliau dikenal sebagai penganugerah turunnya ilmu pengetahuan suci dalam mitologi Agama Hindu tepatnya pada hari Sabtu (Saniscara) Umanis wuku watugunung setiap 210 hari.
Sang Hyang Aji Saraswati dianalogikan dengan seorang wanita cantik yang memiliki tangan empat dengan berbagai macam atributnya. Kali ini penulis tidak akan menjelaskan lagi apa itu makna kata Saraswati beserta atribut yang dibawa dari masing-masing tangan beliau karena hal itu sudah lumrah dan sudah banyak yang tahu. Tetapi disisi lain makna filosofis yang terkandung kenapa Sang Hyang Aji Saraswati dianalogikan dengan sesosok wanita cantik? Kenapa tidak dianalogikan dengan seorang pria tampan? Mungkin kebanyakan berasumsi karena wanita cantik itu menarik, sehingga ilmu pengetahuan sangat menarik untuk dipelajari semua orang. Pertanyaan yang timbul, apakah pria yang tampan tidak menarik? Apalagi bagi kaum hawa. Wanita dan pria sama menariknya, tetapi adakah kelebihan seorang wanita sehingga dipakai sebagai icon penganugerah ilmu pengetahuan dalam konteks ajaran Agama Hindu.
Dalam ajaran Agama Hindu sejatinya seorang wanita dipandang lebih istimewa dibandingkan seorang pria, walaupun dalam realitanya seorang laki-laki lebih dipentingkan atau diutamakan dalam kehidupan keluarga, karena dalam hal ini dilambangkan sebagai aspek purusha. Terlepas dari ajaran purusha pradana dalam Agama Hindu, sejatinya peran seorang wanita sangat berpengaruh bagi ketentraman kehidupan di dunia ini. Makna Filosofi seorang wanita yang sangat cantik (Sang Hyang Aji Saraswati) dipercayai sebagai penganugerah ilmu pengetahuan dalam ajaran Agama Hindu karena antara wanita dengan ilmu pengetahun sama-sama memiliki sifat dualitas. Adapun sifat dualitas itu diumpamakan seperti sebuah pisau bermata dua yang sangat tajam, salah kita menggunakan pisau tersebut kita akan kena bahaya, tapi benar kita menggunakan pisau tersebut akan bisa bermanfaat dalam berbagai hal. Sifat dualitas ilmu pengetahuan selaras dengan sifat seorang wanita seperti disebutkan dalam kitab Manawa Dharma Sastra pada bab III sloka 57 yaIitu: ̋YATRA NARYASTU PUJYANTE, RAMANTE TATRA DEVATAH, YATRAITASTU NA PUJYANTE, SARVASTATRAPHALAH KRIYAH” Artinya: Di mana sorang wanita dihormati, disanalah pada Dewa akan merasa senang dan menganugerahkan kebahagiaan, tetapi dimana wanita tidak dihormati, tidak akan ada upacara suci apapun yang berpahala.
Kutipan dari sloka diatas menyiratkan apa yang terjadi dalam realita kehidupan ini, yakni kebahagiaan dan kehancuran ditimbulkan dari sifat seorang wanita yang selaras dengan sifat ilmu pengetahuan tersebut. Banyak kebahagiaan yang didapat dari hadirnya seorang wanita dan banyak pula kehancuran yang didapat dari salahnya memperlakukan seorang wanita. Contohnya banyak keluarga sukses dari adanya dorongan seorang istri dan juga banyak keluarga yang hancur disebabkan oleh wanita. Sejak zaman dulu Hindu percaya dualitas seorang wanita dari zaman Satya Yuga sampai zaman Kali Yuga. Seperti terjadinya sengketa Rama dengan Rahwana berkat adanya Sita, terjadinya perang Bharata Yudha pun antar Pandawa dan Korawa berkat adanya Dewi Drupadi yang dilecehkan dan sempat akan ditenjangi. Inilah bukti dualitas seorang wanita sangat berpengaruh bagi kehidupan semesta sehingga muncul berbagai pernyataan yang mendualitaskan seorang wanita seperti ungkapan Sorga ada ditelapak kaki ibu, dan ungkapan yang kedua wanita adalah racun dunia, kedua ungkapan tersebut ada benarnya karena pahala seorang wanita itu tergantung bagi mereka yang memperlakukan seorang wanita tersebut.
Seperti itulah dualitas seorang wanita yang selaras dengan dualitas ilmu pengetahuan, yang sama-sama memiliki sifat Rwa Binedha yakni dua sifat yang berlwanan. Seperti suatu ilmu yang didapat apabila dapakai kehal yang bersifat negatif maka kehancuran akan segera datang, dan apabila suatu ilmu pengetahuan itu digunakan kehal yang baik/positif maka kesuksesan dan kebahagiaanpun akan diraih dalam hidup ini. Marilah timba ilmu setinggi-tingginya untuk dapat kita gunakan kehal yang positif dan tentunya bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan negara. Om Saraswati ya namah.

Penulis: I Made Yuda Asmara, S.Pd.H., M.Pd.
Staf Pengajar SMA Negeri 1 Rendang

Diterbitkan oleh dexyudha

Seseorang yang kreatif, inovatif, dan berpikir maju untuk meraih suatu tujuan,,,

Tinggalkan komentar

I MADE YUDA ASMARA

http://www.facebook.com/made.yudha.asmara